Rabu, 21 Desember 2016

Satai Lilit, Kuliner Kuno dari Bali

Pernah dengar satai lilit? Ya, para wisatawan bisa temukan satai ini saat berlibur di Pulau Dewata, Bali.

Campuran ikan tuna giling dan kelapa parut yang dipadukan dengan bumbu genep khas Bali, kemudian bahan itu ditempelkan pada gagang pohon kelapa yang telah dipotong kecil pipih. Setelah itu dibakar.

Jenis kuliner ini memang sangat membuat ketagihan yang sudah pernah memakannya, satai lilit juga merupakan warisan turun-temurun sejak berabad-abad lamanya. Di setiap perayaan nikah umat Hindu di Bali, satai lilit selalu tersaji di antara menu lainnya. Ini membuktikan jika satai lilit begitu lekat dengan kearifan lokal di Pulau Dewata.

Tak sulit jika ingin menikmati satai lilit apabila para pelancong telah tiba di Denpasar, Bali. Dengan paduan nasi putih, sup bening, tum ayam dan pepes ikan seharga Rp 17 ribu, wisatawan sudah bisa menikmati paket makan satai lilit di Jalan WR Supratman, Tohpati, Kota Denpasar.

Tempat tersebut adalah lokasi makan yang sering dikunjungi beberapa artis papan atas saat ke Bali. Di antaranya, komentator kuliner Bondan Winarno, Tyas Mirasih, dan masih banyak lainnya.

Bahkan, menurut pengelola warung satai lilit, Nengah Putradi rasa satai lilit buatannya mendapat pujian dari Bondan Winarno. Sate lilit buatannya termasuk enak yang pernah dimakan Bondan.

"Banyak artis yang datang ke sini, katanya mereka ketagihan sama satai lilit punya kita yang rasanya khas," ucap Nengah saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa, 20 Desember 2016.

Menurut Nengah, satai lilit hingga hari ini masih terus dilestarikan oleh masyarakat Bali. Makanan khas yang berasal dari Buleleng itu memang menjadi makanan pilihan nomor satu masyarakat Bali di meja makan mereka.

Rasa ikan tuna segar yang manis, dipadukan kelapa parut gurih dan campuran bumbu genep semakin membuat rasa satai lilit semakin digemari di berbagai kalangan.

"Dari anak kecil sampai orang tua pasti suka satai lilit, karena rasanya gurih dan sedikit pedas membuat nafsu makan makin bertambah. Satai lilit jarang digunakan untuk upacara besar, karena biasanya kalau hari besar kita gunakan babi atau bebek," ujar Nengah.

Boleh dibilang, satai lilit tak terlepas dari kearifan lokal Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar